Tanggapan artikel "History of Philosophy Architecture"

Salah satu mata kuliah di S2 yang aku senangi dan baru kali ini belajar adalah "FILSAFAT". Baru pertama kali dengernya aja udah berasa itu kuliahnya pasti serius bangeet. Setelah searching-searching tentang filsafat sebelum kuliahnya, okee aku... gak ngertiii. Wkwkwkwkk. Apa karena yang aku baca waktu itu terlalu tinggi yah bahasanya buat yang pemula ini? Mungkiinn...
Tapiii setelaahh belajar dan ditambah dengan baca-baca buku pengantar filsafat, filsafat umum dan filsafat ilmu, terus juga baca novel yang sangaat direkomendasikan untuk memahami filsafat dengan mudah adalah "Dunia Sophi". Ternyata filsafat semudah itu dipahami, walaupun belum hafal semua yaaaa. But yaa... bikin teracuni untuk melanjutkan S3 Filsafat, wahahahahah S2 aja baru semester 1. Aaamiinin aja kali yaahh... aamiinn....

Nah berikut tulisan pertama aku menanggapi artikel yang diberikan oleh Prof. Fachri (Dosen Filsafat di kampus hehehe).



History of Philosophy Architecture

"Arsitektur memang merupakan turunan dari seni yang berkolaborasi dengan teknik dan teknologi, apapun tanggapan tentang arsitektur itu benar tergantung dari perspektif mana seseorang melihat dan memahaminya. Tetapi dalam berarsitektur sekarang yang perlu diperhatikan menurut saya adalah bagaimana arsitektur dapat mempertimbangkan apa dan siapa yang akan beraktifitas didalamnya. Karena jika berbicara tentang arsitektur maka kita akan selalu berhubungan dengan manusia, aktifitas dan ruang. Sehingga itulah yang membentuk arsitektur. 


Pada zaman dahulu arsitektur lebih dilihat dari estetika yang diberikan, jika ada nilai keindahan maka itulah yang disebut arsitektur, mungkin karena dulu kreatifitas tidak terbatas namun memiliki standar tertentu dalam mendesain. Kemegahan harus tercipta, dilihat pada masa perkembangan arsitektur pertama adalah arsitektur kuno contohnya pyramid adalah salah satu bukti arsitektur sudah ada sejak zaman dahulu kala, sebelum masa moder. Pyramid dibuat atas dasar perintah raja yang mengaku dirinya Tuhan untuk tempat beristirahatnya ketika sudah meninggal. Hal itu dapat dilihat dari ketidak sesuain sebuah fungsi dan bentuk, jika hanya sebagai kuburan kenapa tidak dibuat bidang 2 x 1 saja? Tapi itulah cara berasitektur jaman dulu, untuk menggambarkan kebesaran dirinya dibuatlah pyramid yang besar. Tidak ada yang salah karena begitulah caranya untuk mendefiniskan arsitektur. Beralih ke zaman Romawi dan Yunani yang penuh dengan ukuran indah, monumental dan keseimbangan, untuk membuat tempat-tempat bersembahyang atau kerajaan. Ketika zaman modern muncul kepermukaan bumi, itulah saatnya arsitek telah memikirkan efesiensi waktu, ruang dan fungsi. Setelah perang dunia terjadi, diupayakan bagaimana penduduk dalam kota dapat memiliki tempat tinggal dengan waktu cepat, sehingga adanya muncul teknologi pabrikasi yang dengan waktu singkat dapat membuat tempat tinggal yang serupa, cepat dan menghilangkan seni yang sebelumnya berjaya. Berbagai kritikan selalu dating, dapat dilihat dari bangunan dan monument sejarah yang dapat kita lihat masih ada saat sekarang. 


Dari kritikan, dan pemikiran itulah arsitektur terus berkembang seperti saat sekarang ini, berbagai  trend dan gaya selalu bermunculan setiap dekadenya. Seolah-olah mengatakan tidak ada batasan dalam berseni itu, selalu ada hal baru yang akan muncul, sebagai sebuah jawaban akan kekurang yang terjadi sebelum-sebelumnya. Hanya saja penempatan dari produk arsitektur ini tetap harus sesuai dengan analisa lingkungan yang telah menjadi eksistingnya. Zaman arsitektur saat ini terus berkembangan, dilahan manapun dapat dibangun, jika daratan sudah penuh, perairan siap di sulap jadi daratan. 


Perkembangan arsitektur dapatnya selalu bisa memanusiakan manusianya, karena itulah hal terpenting dalam berarsitektur. Manusialah yang akan merasakan setiap garis yang dibuat oleh arsitek, lingkungan sebagai pendukungnya."

Comments